KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya
jualah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Diabetes
Melitus.
Makalah
ini dibuat berdasarkan hasil pencarian yang telah kami dapatkan. Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Adapun
maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing dan untuk menambah pengetahuan kami tentang Diabetes Melitus.
Dalam
penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan, untuk itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat bermanfaat
diperlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya kami sebagai penulis dan diharapkan ALLAH SWT akan
membalas segala kebaikan kita. Amin yaa Robal Alamin.
Pinrang, 04
November 2013
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………….. i
DAFTAR ISI
…………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang ……………………………………………. 1
B. Rumusan
masalah…………………………………………. 2
C.
Tujuan………………….…………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diabetes Mellitus…………………………………….…. 3
B. Patofisiologi …………………………….………………………. 3
C. Klasifikasi Diabetes Melitus ..……………………………………. 4
D. Tanda dan gejala
Diabetes……………………………….…………. 5
E. Diagnosa Diabetes
Mellitus…………………………………….…… 6
F. Faktor Pencetus
Diabetes……………………………………………. 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ……………………………………………………… 11
B. SARAN ……………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit
degenerative yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan
mengalami peningkatan, sehingga dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi
gizi makanan. (Singgih B, et al. 2003)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan
menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya
umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi akibat keberhasilan
upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi epidemiologis,
sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit degenerative yang
menahun.
Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan
sebutan kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4
terbesar di dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita
diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada tahun
2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang rutin berobat.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes
mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan
peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes
mellitus makin member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten
diseases leading cause of death). (Bustan, 2007)
1.2 Rumusan
Masalah
v Bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?
v Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
v Bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?
v Bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus
13. Tujuan
Ø Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes
Melitus
Ø Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
Ø Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus
Ø
Untuk
mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtomaberupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu
merupkan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hyperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes mellistus merupakan suatu yang tidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin
absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai
oleh peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003)
2.2 Patofisiologi
Pada manusia
bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang
terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan
lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke
lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang
terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam
amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai energy. Supaya
berfungsi sebagai energy zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar
melalui proses kimia yang menghasilkan energy yang disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke
dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004)
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah
meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada
sumber energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Tipe Diabetes mellitus :
Ø
Patofisologi diabetes
mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan
oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya
peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap
sel beta yang disebut ICA ( Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta)
dengan antibody ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
Ø
Patofisiologi diabetes
mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah
mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Penyebab resistensi
insulin pada diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
faktor-faktor dibawah ini bayak berperan:
o obesitas terutama bersifat sentral ( bentuk apel)
o Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
o Kurang gerak badan
o Factor keturunan
2.3 Klasifikasi
Diabetes Melitus
Ada
beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan
penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi Diabetes Melitus yang
utama adalah:
1.
Diabetes Melitus Tipe 1 :
diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang tergantung
insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan
normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun.
Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar
gula darah.
2.
Diabetes Melitus Tipe 2:
diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes
Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe 2, yaitu
diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat penurunan
sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita diabetes tipe
2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita
diabetes tipe 2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan, obat
hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode
stress fisiologi akut seperti sakit atau pembedahan.
2.4 Tanda
dan gejala diabetes
v
Gejala khas
1) Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)
2) Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
3) Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)
v
Gejala lain
1) Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh
yang terasa gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti
ketiak bawah payudara dan pelipatan paha.
2) Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada
lensa akibat akibat hiperglikemia
3) Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya
jamur candida dan kelainan pola haid.
4) Impotensi pada laki-laki
5) Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di
akibatkan neuropati.
6) Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya
timbul karena hal sepele,seperti luka lecet.
7) Tubuh merasa lemah dan mudah merasa lelah
8) Berat badan menurun tanpa penyebab khusus.
2.5 Diagnosa
Diabetes Mellitus
Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis
secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan
darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi
kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah. Diagnosa
diabetes millitus dapat di tetapkan dengan mengukur kadar glukosa darah ketika
puasa dan 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram (tes toleransi oral).
Kadar glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan pruduksi insulin tubuh yang
bersifat basal atau dasar. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
ü
Seorang dikatakan
menderita diabetes mellitus,jika kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl. (gula
darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat berubah
sepanjang hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.
ü
Seseorang dikatakan
menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 126
mg/dl atau 2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram menunjukkan kadar
glukosa darah >200 mg/dl.(puasa = tidak ada masukan makanan atau kalori
sejak 10 jam terakhir).
ü
Seseorang dikatakan
normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika
puasa adalah < 110 mg/dl,kadar glukosa darah 1 jam
Rekomendasi WHO kriteria diagnosis diabetes mellitus dan
hipoglikemia intermediate :
Jenis pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Diabetes :
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
|
> = 7.0
mmol/1 (126mg/dl), atau
> = 11.1 mmol
(200mg/dl)
|
Impaired glucose tolerance
(IGT)
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
|
< = 7.0 mmol/1
(126)mg/dl, dan
> = 7.8 mmol/1 dan
< 11.1 mmol (140 mg/dl dan 2000 mg/dl)
|
Impaired fasting
glucose (IFG)
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
|
6.1 – 6.9 mmol/1
(110 – 125 mg/dl), dan
<
7.8 mmol/1 (140 mg/dl)
|
+ glukosa plasma vena 2
jam setelah makan 75 gram glukosa
Jika 2 jam pp tidak
diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan
2.6 Faktor
Pencetus
Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
diabetes di samping penyebab lain seperti infeksi,kehamilan dan
obat-obatan. Tetapi meskipun demikain, pada orang dengan
bibit diabetes,belumlah menjamin timbulnya penyakit dibetes. Masih mungkin
bibit ini tidak menampakkan diri secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberpa faktor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan
faktor pencetus diabetes melitus ialah :
·
Kurang gerak / malas
·
Makanan berlebihan
·
Kehamilan
·
Kekurangan produksi
hormon insulin
·
Penyakit hormon yang
kerjanya berlawanan dengan insulin
Secara singkat
factor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes adalah
v Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga
tergantung pada factor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.
v Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara
drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul
setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun
pada mereka yang berat badanya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi
terhadap insulin.
v Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.
Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi
gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko kena diabetes.
v Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
risiko kena diabetes. Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pancreas,
sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin
(retensi insulin).
Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan
pada usia dewasa akibat diet ketat berlebihan. Sedangkan kurang gizi pda
janinmungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol semasa
hamilnya.
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya
lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehongga
cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangant berlebihan. Sekitar 80%
penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.
Pengobatan
Diabetes Melitus
Secara garis besar
pengobatan dilakukan dengan:
A.
latihan jasmani
latihan jasmani dalam bentuk olah raga menimbulkan penurunan
kadar gula darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan glukosa
didaerah perifer. Tetapi bila kadar gula darah tinggi > 18 mmol/ 320mg% dan
bila ada ketosis, olahraga sebaiknya akan menyebabkan keadaan diabetes lebih
parah, gula dan ketonemia akan meninggi karena bertambahnya glukoneogenesis dan
ketosis dalam hepar. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous,
Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance,Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyaut nadi maksimal (220- umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah
berjalan kaki biasa selamam 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat
selama 20 menit dan oalhraga berat misalnya jogging.
B.
Obat-obatan
Obat antidiabetic oral
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
golongan Sulfonilurea
Golongan sulfonylurea bekerja dengan cara merangsang sel beta
pancreas untuk mengeluarkan insulin
Ø menghalangi pengikatan insulin
Ø mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
Ø menekan pengeluaran glucagon
Sulfonilurea golongan I
v Klorpropamid (Diabenese)
Indikasi : NIDDM
Kontra-indikasi : diabetes juveil,
NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma,
ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 100
mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya 250 mg/hari, usia lebih tua 100-125
mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama makanan.
Efek samping : ikterus kolestatik,
reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan
fungsi ginjal dan wanita menyusui.
Sulfonilurea golongan II
v Glipizid (Aldiab)
Indikasi : NIDDM
Kontra- indikasi : DM
ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn fungsi ginjal, hati yang
berat.
Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg
dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg
tergantung kadar gula darah.
Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit
eritema, erupsi makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria,
fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi
hematologik:agranulositois,leukopenia,trombositopenia, anemia plastesik, anemia
hemolitik, pansetopenia, pusing, mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH,
alkaline phosphatese, BUN & kreatinin.
Resiko khusus : penderita hati, ginjal
dan wanita hamil.
v Glimepirid (Amadiab)
Indikasi : DM tipe II (NIDDM)
Kontra- indikasi : DM tipe 1, diabetik
ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid,
hamil, laktasi.
Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1
x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.
Efek s Efek samping : hipoglikemik, ggn visual
sementara, ggn GI, kerusakan hati. Trombopenia, leukopenia.
Resiko khusus : hipersensitif & ggn
fungsi hati.
v Glibenclamide ( Prodiabet)
Indikasi : NIDDM
Kontra- indikasi
: IDDM, ketoasidosis, infeksi berat, stress, trauma, ggn ginjal, hati atau
tiroid berat, porifia akut.
Bentuk sediaan & dosis : tablet 5
mg. Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg.
Ef Efek samping : ikterus kolestasis, alergi dermatologi
& reaksi hematologi, ggn GI, sakit kepala, pusing, parestesia.
Resiko khusus : usia lanjut &
hipoglikemia.
Indikasi pemberian
golongan ini adalah:
·
bila berat badan sekitar
ideal
·
bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u/hari
·
bila tidak ada stress akut
misalnya infeksi berat atau operasi
Efek samping golongan
Sulfonilurea:
·
mual, muntah sakit
kepala, vertigo dan demam
·
rasa pada kulit
dermatitis, pruritis
·
kelainan, hermatologik:
lekopeni, trombosittopeni dan enemia
C.
Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk
memdapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan
penyesuaian keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
perawatan pasien diabetes.
Tujuan dari penyuluhan
penyakit diabetes mellitus ialah:
1. Meningkatakan pengetahuan
2. Mengubah sikap
3. Mengubah perilaku serta
meningkatkan kepatuhan
4. Mengubah kualitas hidup
Metode penyuluhan :
1. diskusi
2. Penyediaan bahan-bahan
penyuluhan
3. penggunaan media(TV,
radio, poster, leaflet,dsb)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Patofisiologi penyakit
Diabetes Melitus adalah :
a. Patofisologi diabetes
mellitus tipe 1
Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan
oleh karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya
peradangan pada sel beta insulitis.
b. Patofisiologi diabetes
mellitus tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah
mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
2. Klasifikasi penyakit
Diabetes Melitus adalah :
a. Diabetes Melitus Tipe
1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes
Melitus/IDDM)
b. Diabetes Melitus Tipe
2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes
Melitus/NIDDM)
3. Diagnosa penyakit
Diabetes Melitus adalah :
Menurut Utami P,(2003)
Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan
laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosa Diabetes
mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu
berdasarkan kadar gula atau glukosa darah.
4. Pengobatan penyakit
Diabetes Melitus adalah :
a. Latihan jasmani
b. Obat obatan
c. Penyuluhan
3.2 Saran
Sesuai dengan
perkembangan zaman maka akan memicu timbulnya penyakit seperti yang disebabkan
oleh prilaku dan pola hidup yang salah.Salah satu contohnya adalah penyakit
Diabetes Melitus.Untuk itu perlu pencegahan sejak dini dalam menghindari
penyakit Diabetes Melitus dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan
masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan
dan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Febriyatri,Diena.2009
Peningkatan Kasus
Penyakit Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan Penyakit dalam Rumah Sakit
Dokter Mohammad Hoesin Palembang. STIK Bina Husada.
Palembang
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/
0 komentar:
Posting Komentar