Sabtu, 13 Juni 2015

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR CEREBRI

A. PENDAHULUAN
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai tumor otak.
b. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.
c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada klien tumor otak.
KONSEP TEORI

A. Pengertian
1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Price, Slyvia, 2000).
3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).

B. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

C. Etiologi
Etiologi pasti terjadinya tumor otak belum diketahui, namun menurut beberapa ahli dapat terjadi akibat proses primer dan sekunder.
Primer
1. Gangguan pada otak
2. Gangguan imunologi tubuh
3. Gangguan fungsi hipofisis
4. Virus
5. Toksin
Sekunder: Metastase tumor lain, biasanya tumor paru dan payudara

D. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
1. Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.






E. Pathway Keperawatan




















F. Manifestasi Klinis
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

G. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan lokasi tumor otak.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler.

a. b. c.
a.Ct-Scan Tm
b.Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa.
c.Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.

3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena kontra indikasi peningkatan TIK.

(1) (2)
Gambar 1 : Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur anatomi, lesi, tumor.
Gambar2 : Tumor yang terakhir dioperasi dari bagian belakang otak.

I. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk penatalaksanaan astrosiloma.





ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN TUMOR CEREBRI

A. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak dan berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki lebar, jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan, kekakuan.
Tanda : Kontrol motorik halus buruk
Hiporefleksia atau hiperfleksia
Tanda babinski positif
Paralisis
2. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi)
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu makan, gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan
Mengalami perubahan / penurunan nafsu makan
Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari muntah (mungkin proyektif)
Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah posisi.
6. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying out”, pada penglihatan, defek lapang pandang).
Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau oksipital, biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun berkurang disiang hari, makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan (defekasi, batuk, bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
8. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas
Penurunan pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan
Kejang, hipotermi, hipertermi

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi, transmisi
4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial
3. Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

C. Intervensi
Pre operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil :
a. Tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti ketidaknyamanan
b. TIK dalam batas normal
c. Tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
d. Belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif.

Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal lampu ruangan redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek samping.
3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu mengatasi nyeri.
4. Gunakan strategi yang dikenal klien atau gambarkan beberapa strategi dan biarkan klien memilih.
5. Libatkan keluarga dalam pemilihan strategi
6. Ajarkan klien untuk menggunakan strategi non farmakologi sebelum terjadi nyeri atau sebelum menjadi lebih berat.


Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
NOC : Keamanan Sosial
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
• Bebas dari cedera
• Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
2. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
3. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
4. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat

Dx 3 : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi, transmisi
NOC : Pengendalian Ansietas
Tujuan : Klien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris / persepsi
Kriteria hasil :
• Klien menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
• Klien menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Berikan lingkungan yang mendorong rasa akrab dan rasa aman
2. Dorong partipasi dalam bermain aktif
3. Diskusikan bersama keluarga pentingnya membatasi lingkungan

Dx 4 : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
NOC : Neurogical Status
Tujuan : Klien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.
Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan
2. Berbicara kepada klien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan klien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara
5. Anjurkan klien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
6. Beri pujian positif ketika klien bisa bicara

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh

Dx 6 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
• Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
• Menjelaskan proses penyakit
• Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
• Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi pengobatan
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/ terapi

Post operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
NOC : Tingkat Nyeri
Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima
Kriteria hasil :
c. Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
d. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan
3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK

Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien mengalami stress minimal pada sisi operasi
Kriteria hasil :
a. Stress minimal pada sisi operasi
b. Klien tetap pada posisi yang diinginkan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Positioning
1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk derajat fleksi leher.
2. Posisikan klien datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan kepala
3. Balikkan klien dengan hati-hati
4. Hindari posisi trendelenburg

Dx 3 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Klien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal klien
5. Berikan reinforcement positif

Dx 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada klien.
Kriteria hasil :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi
2. Rawat luka op dengan teknik steril
3. Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung
4. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 5 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
NOC : Fluid balance
Tujuan : Klien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh klien adekuat.
Kriteria hasil :
a. Kulit dan membran mukosa lembab
b. Tidak terjadi demam, TTV normal
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Manajemen cairan
1. Monitor BB tiap hari
2. Catat intake dan output
3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan darah dengan cepat.
4. Monitor status nutrisi
5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi
6. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan banyak minum

Dx 6 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan prognosis
2. Tetap dampingi kien untuk menjaga keselamatan klien dan mengurangi
3. Instruksikan klien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.






DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J.1997.Buku Saku Keperawatan Edisi 6 ALih Bahasa Monica Ester.Jakarta : EGC.
Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.2000.Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
Mc. Closkey,Joanne C.1996.IOWA Intervention Project nursing Intervention Clasification (NIC) Edisi 2. Wesline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi.Yogyakarta : Prima Medika.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%2520tumor-Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang/Prof. dr. H. Adril Arsyad Hakim, Sp S, Sp BS (K).com (diakses pada tanggal 18 Juni 2008)
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.beritaiptek.com/images/agussyaraf2.JPG&imgrefurl=http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-11-03-Teknologi-sistem-informasi-dapat-membantu-operasi-bedah-saraf. (diakses pada tanggal 28 September 2009)

0 komentar:

Posting Komentar