PENYAKIT ALZHEIMER
OLEH
HAMDANI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BARAMULI PINRANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia ( demensia senil, sindroma otak kronis ) lebih merupakan
gejala dan bukanlah suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat
progesif dan ireversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan.
Ditandai dengan penurunan umum umum
fungsi intelektual yang bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran
abstrak, pertimbangan dan bahasa, terjadi perubahan keperibadian dan kemampuan
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari semakin memburuk.
Gejala biasanya tidak jelas pada saat awitan dan kemudian berkembang
secara perlahan sampai akhirnya menjadi sangat jelas dan mengganggu. Tiga jenis
demensia nonreversibel yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, demensia
multi infark, dan campuran penyakit Alzheimer dan demensia multi infark.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh
kematian luas neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus
basalis. Saraf-saraf dari daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer
serebrum ke daerah-daerah otak yang bertanggung jawab untuk ingatan dan
pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin, yang penting peranannya
dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.
Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif
primer atau demensia senil jenis Alzheimer, dibandingkanmerekan yang meninggal
akibat sebab-sebab lain, pada otak pasien yang meninggal akibat penyakit
Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar enzim yang berperan dalam
pembentukan asetikolin, kolin asetiltransferase. Dengan demikian, dengan tidak
adanya asetilkolin paling tidak ikut berperan menyebabkan penyakit Alzheimer seperti : mudah lupa dan
mengalami penurunan fungsi kognitif. Pada para pengiap penyakit ini,
neurotransmitter lain juga tampaknya berkurang.
Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan
menimbulkan demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan menyebabkan
demensia prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik untuk penyakit
ini, terutama pada penyakit awitan dini. Pada 1% sampai 10% kasus, biasanya
diderita 0 % bayi, angka prevalensi berhubungan erat dengan usia. Bagi individu
diatas 65 tahun penderita dapat mencapai 10%, sedang usia 85 tahun angka ini
meningkat mencapai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit
Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah banyak.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
penyakit ini, tetapi ada 3 teori utama mengenai penyebabnya : virus lambat,
proses otoimun, dan keracunan aluminium. Akhir-akhir ini teori yang paling
populer (meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan dengan virus lambat.
Virus-virus ini mempunya masa intubasi 2 – 30 tahun; sehingga transmisinya
sulit dibuktikan. Teori otoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar
antibodi-antibodi reaksi terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer. Teori
keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neuro toksik,
maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit aluminium
telah di identifikasi menyertai penyakit ini berbeda dengan yang terlihat pada
kercunan aluminium.
B. Perumusan Masalah
Dalam makalah ini, kelompok III mencoba merumuskan masalah sebagai
berikut :
A.
Pengertian Alzheimer
B.
Etiologi
C.
Patofisiologi
D.
Manifestasi Klinik
E.
Penatalaksanaan dan
F.
Proses Keperawatan ( menurut
Gordon )
BAB II
ISI
A.
Pengertian Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang
progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan
mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori
(daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian besar demensia
disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit yang
dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian normal dari proses
penuaan.
B.
Etiologi.
Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti
untuk penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit
ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar. Komponen familiar yang non
spesifik meliputi pencetus lingkungan dan determinan genetik. Penyakit
Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadik.
Usaha penelitian intensif saat ini sedang dilakukan untuk mengidentifikasi
kromosom dan gen tertentu yang merupakan predisposisi seseorang yang mengalami
penyakit ini.
C.
Patofisiologi
Tanda dini dari penyakit alzheimer adalah terakumulasinya plak-plak
amyloid ( Gambar 2 ) diantara sel-sel saraf otak. Amyloid merupakan bentuk umum
dari serpihan protein yang dihasilkan secara normal oleh tubuh, pada otak yang
sehat amyloid ini akan dihancurkan dan dieliminasi oleh Beta-Amyloid atau amyloid precursor protein (APP). Namun pada penderita alzheimer amyloid ini
akan terakumulasi menjadi padat dan keras sehingga tidak dapat larut.
Selain terakumulasinya amyloid, pada penderita alzheimer terjadi penyusutan dan kekusutan
pada sel-sel otak sehingga terbentuk rongga-rongga ( Gambar 1 ) yang berisi
cairan cerebrospinal dalam otak hal ini akan mengakibatkan otak kehilangan
kempuan memorinya, lambat laun rongga ini akan membesar sehingga kerusakan otak
menjadi lebih parah bahkan mengakibatkan kematian bagi penderita alzheimer.
D. Manifestasi klinik
Tahap awal
·
Tidak ingat akan kejadian yang
belum lama terjadi
·
Tidak dapat mengenali
sesuatu/benda yang sebenarnya sudah pernah tahu
·
Hilang ingatan
·
Gangguan emosi seperti depresi,
ketakutan
·
Lesu, tidak acuh pada aktivitas sekitarnya.
Tahap akhir
·
Tidak dapat mengenali saudaranya
sendiri
·
Berangan-angan
·
Sukar berjalan, lama kelamaan
berjalan dengan menyeretkan kaki
·
Mengalami serangan tiba-tiba
(seizures) pada beberapa penderita.
E.
Penatalaksanaan
-
Pendidikan terhadap pasien dan
keluarganya mengenai alat-alat bantu ingatan, diet dan tindakan-tindakan
pengamanan mungkin dapat memperlambat perkembangan gejala.
-
Pemberian obat cognex untuk
memperlambat atau mengembalikan gejala-gejala dini penyakit Alzheimer.
F.
Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Pengkajian fisik didasarkan
pada pengkajian neurologis menunjukkan kemunduran yang progesif dari kondisi
fisik dan mental. Keluarga atau orang terdekat melaporkan pasien memperlihatkan
penurunan daya ingat ringan, tidak tertarik pada lingkungan, kurangnya
perhatian. Bila penyakit menjadi berat, kehilangan daya ingat terhadap hal-hal
yang telah lama menjadi tetap masih baik, kepribadian mengalami kemunduran
gangguan motorik seperti aproksia menjadi tampak. Pada tahap akhir koordinasi
antara tangan dan mata lemah. Control terhadap defekasi dan berkemih hilang,
tidak mengenali keluarga lagi, sering terjadi inkoherensi pada bicaranya, langkaah
jalannya menjadi atoksis terjadi perubahan emosional secara menonjol. Penurunan
berat badan terjadi saat pasien lupa makan, agitasi meningkatkan dan menolak
makan.
b.
Kaji respon keluarga dan orang
terdekat terhadap kondisi pasien dan dampaknya terhadap lingkungan rumah.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan proses berfikir yang
berhubungan dengan neuron dan demensia progesif.
2.
Resiko tinggi terhadap cedera
yang berhubungan dengan perilaku impulsive, kerusakan pertimbangan, kurang
penglihatan dan disfungsi perilaku.
3.
Ansietas yang berhubungan
dengan kehilangan kognitif dan penurunan daalam konsep diri.
4.
Kerusakan komunikasi verbal
yang berhubungan denga kehilangan kognitif.
5.
Defisit perawatan diri yang
berhubbungan dengan konfusi, kehilangan kognitif dan perilaku disfungsi.
6.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan ansietas, kelambatan berpikir dan tidak keseimbangan aktivitas.
3.
Intervensi Keperawatan
a.
Mendukung Fungsi Kognitif
Karena kemampuan kognitif pasien menurun, maka perawat harus
memberikan lingkungan yang kalem dan mudah dikenali yang membantu pasien
menginterprtasi lingkungan sekitar dan aktivitasnya. Stimulus lingkungan harus
dibatasi dan rutinitas yang biasa diteruskan. Cara berbicara yang tenang,
menyenangkan dan dengan memberikan penjelasan jelas dan sederhana, ditambah
dengan penggunaan alat Bantu dan isyarat ingatan akan membantu meminimalkann
kebingungan dan disorientasi serta memberikan rasa aman kepada pasien.
b.
Peningkatan Keamanan Fisik
Lingkungan yang aman akan memungkinkan seseorang bergerak bebas dan
meenghilangkan kekhawatiran keluarga yang mencemaskan mengenai keamanan. Untuk
menghindari jatuh atau kecelakaan lain, semua sumber berbahaya yang jelas harus
dihilangkan. Masukan medikasi dan makanann pasien harus dipantau. Lingkungan
yang bebas bahaya memungkinkan pasien mandiri secara maksimal dan memiliki rasa
otonomi.
c.
Mengurangi Ansietas
Meskipun kehilangan kognitifnya cukup parah, namun ada saat dimana
pasien sadar akan cepat menghilangkan segala kemampuannya. Pasien menjadi
sangat membutuhkan dukungan emosional yang dapat memperkuat citra diri yang
positif.
d.
Meningkatkan Komunikasi
Untuk memperbaiki interprtasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tetap tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang
jelas dan sudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu
kata seringkali telah lupa atau ada kesulitan mengorganisasi dan
mengapresiasikan pikiran. Instrukssi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. Kadang pasien dapat
menunjuk suatu objek atau menggunakan bahasa non verbal untuk berkomunikasi.
e.
Meningkaatkan Kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri.
Perubahan patofisiologi pada korteks serebri mengakibatkan pasien
yang mengalami defisit perawatan diri mencapai kemandirian fisik. Upaya
ditujukan untuk membantu pasien memelihara fungsi kemandirian selama mungkin.
Memelihara martabat dan otonomi pribadi penting bagi penderita Alzheimer. Dia
haarus didorong menentukan pilihan bila diperlukan dan berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan diri sebanyak mungkin.
f.
Meningkatkan Aktivitas Dan
Istirahat Yang Seimbang
Kebanyakan pasien Alzheimer menunjukkaan gangguan tidur dan perilaku
melamun. Perilaku tersebut terjadi bila pasien merasa bosan, tidak bisa diam,
agitasi atau disorientasi, terutama pada suasanan baru dan biasanya pada malam
hari. Pasien yang melamun diluar rumah kadang tidak bisa pulang lagi, sehingga
beresiko mengalami kecelakaann dan cedera. Bila terjadi gangguan tidur dan
pasien tidak bisa tidur maka daapat dibantu dengan musik susu hangat atau
garukan punggung dapat membantu pasien agar rileks.
4.
Evaluasi
1.
Mempertahankan fungsi ingatan
yang optimal
2.
Memperlihatkan penurunan dalam
perilaku yang bingung
3.
Dapat bergerak bebas dan
mandiri disekitar rumah
4.
Mengungkapkan rasa keamanan dan
terlindung
5.
Mengungkapkan perasaan
ketenangan dan kepuasan diri
6.
Menunjukan peningkatan
kemempuan untuk memahami pesan
7.
Menunjukkan kemampuan untuk
mengekpresikan diri secara verbal
8.
Dapat melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari pada tingkat yang diperkirakan.
9.
Mengunngkapkan kesadaran
tentang maartabat dan otonomi
10.
Tetapkan pola tidur dan
istirahat pada jadwal teratur
11.
Mengurangi perilaku melamun
pada malam hari
12.
Menetapkan pola aktivitas pada
jadwal yang ditetapkan
5.
11 Pola Fungsi menurut
Gordon berkaitan dengan Penyakit Alzheimer
1. Persepsi kesehatan, penatalaksanaan kesehatan
Gejala : Perlu
bantuan/tergntung pada orang lain
Tanda : Tidak mampu
mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan
pembersihan buruk.
Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk buang air atau tidak dapat menemukan kamar mandi.
Kurang berminat atau lupa tentang waktu makan; ketergantungan pada
orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya di meja, makan dan
menggunakan alat makan.
2. Nutrisi, Pola metabolisme
Gejala : Riwayat episode
hipoglikemia ( merupakan faktor predisposisi ).
Perubahan dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa
lapar/kebutuhan untuk makan.
Kehilangan berat badan
Tanda : Kehilangan kemampuan
untuk mengunyah
Menghindari atau menolak makan ( mungkin mencoba menyembunyikan
keterampilan ).
Tampak semakin kurus ( tahap lanjut )
3. Tidur, pola istirahat
Gejala : merasa lelah
Tanda : siang malam gelisah,
tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara
program televisi
4. Kognitif, pola perseptual
Gejala : Pengingkaran terhadap
gejala yang ada terutam perubahan kognitif, dan atau gambaran yang kabur,
diare, pusing atau kadang-kadang sakit kepala.
Adanya keluhan dalam penurunan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang baru berlalu, penurunan tingkah laku.
Tanda : Kerusakan komunikasi:
afasia dan disfasia; kesuliatan dalam menemukan kata-kata yang benar ( terutam
kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan subtansi kata yang
tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
5. Persepsi diri, Pola konsep diri
Gejala : Curiga atau takut
terhadap situasi atau orang khayalan.
Tanda : menyembunyikan
ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban mungkin
juga tangan membuka buku tanpa membacanya ).
Duduk dan menonton yang lain
Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak, gerakan
berulang ( melipat-membuka liputan-melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang-barang, atau berjalan-jalan.
Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya;
perubahan alam perasaan (apatis, letargi, gelisah, lapang pandang sempit, peka
rangsang); marah yang tiba-tiba diungkapkan (reaksi katastrofik);depresif yang
kuat delusi; paranoia lengket pada orang.
6. Peran, pola berhubungan
Gejala : Merasa kehilangan
kekuatan
Faktor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang
muncul mengubah pola tingkah laku.
Tanda : kehilangan kontrol
sosial, perilaku tidak tepat.
7. Pola eliminasi.
Gejala : dorongan berkemih
(dapat mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Tanda : Inkontinensia
urine/feses; cenderung kostipasi/impaksi dengan diare.
8. Aktivitas Pola latihan
Pada siang hari penderita diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk
berpartisipasi dalam aktivitas olah raga, karena pola aktivitas dan istirahat
yang teratur akan memperbaiki tidur malam.
9. Seksual, pola reproduksi
Gejala : Kelainan seksual
dalam keadaan kebingungan dan kesepian
Tanda : dapat merasakan
kenyamanan dan kepuasan dengan bunyi dengkur berirama, basahnya lidah hewan
peliharaan
Penyakit alzheimer tidak menghilangkan kebutuhan akan keintiman.
10.
Koping, Pola toleransi stres
Gejala : Adanya riwayat
trauma kepala yang serius (mungkin menjadi faktor prediosposisi/faktor
akselerasi)
Trauma kecelakaan (jatuh, luka bakar, dan sebagainya)
Tanda : Ekimosis,
laserasi.
Rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
11.
Kepercayaan dan Keyakinan
Gejala : kepikunan atau
kemunduran dalam berfikir merupakan hal yang wajar yang dialami oleh mereka
yang memasuki usia lanjut.
Tanda : membiarkan
orang lanjut usia dengan keadan demikian ( pikun )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan yang terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi
tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan bayi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan
neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak,
juga terdapat kekusutan neuro fibrilar.
Sampai sekarang
penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Pengkajian
keperawatan yang dimaksudkan oleh Gordon yaitu 11 pola fungsi mencakup
keseluruhannya dari penyakit Alzheimer ini.
B. Saran
Belum banyaknya kajian tentang
Penyakit Alzheimer di Indonesia mengakibatkan minimnya sumber mengenai jumlah
pasti masyarakat indonesia yang menderita penyakit Alzheimer.
Mengajak semua pihak yang
menggeluti bidang kesehatan untuk lebih mensosialisasikan penyakit Alzheimer
agar pencegahan dini dapat dilakukan.
Terima Kasih. Sangat membantu :)
BalasHapus