Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM



A.    Persalinan Normal
1.      Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr.
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan yaitu janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Farrer,1999).
Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan  rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar, 1998)
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor diatas dapat menyebabkan distosia.
(KApita Selekta Kedokteran,2001)

2.      Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan factor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
a)      Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

b)      Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c)      Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d)     Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

B.     Konsep Dasar Nifas
1.      Pengertian Nifas
a.       Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berkahir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
b.      Masa puerpenium (nipas) adalah  masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
c.       Masa nifas (peurpenium )adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu. (Obstetri Fisiologi,1998)
d.      Masa nifas (poerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.
2.      Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
a.       Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b.      Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.       Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
3.      Perubahan-perubahan yang penting pada masa nifas
a.       Involusi.
Involusi adalah suatu keadaan dimana uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-5 TFU setengah pusat. Simpisis dan pada hari ke-12 uterus sudah tidak teraba lagi diatas simpisis dan setelah 6 minggu uterus sudah mencapai ukuran normal (Arif Mansjoer, 2000).
b.      Luka-luka jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
c.       Lochea : cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
·         Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasensa, lanuga, dan mekonium,selama 2 hari pasca persalinan.
·         Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
·         Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-9 pasca persalinan
·         Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
·         Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
·         Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
d.      Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
e.       Payudara
·         Keluar kolostrum
·         Hiperpigmentasi areola mamae
·         Buah dada agak bengkak dan membesar
f.       Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi nyeri pada luka di perineum, menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing
4.      Perawatan Pasca Persalinan
1.      Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2.      Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4.      Defekasi
Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupun perektal. Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5.      Perawatan payudara
·         Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi
·         Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
·         Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehnik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
·         Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
·         Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
·         Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan antibiotic dan analgesic.
·         Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
·         Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.


6.      Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, Menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya produksi ASI berlangsung pada hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
7.      Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative.
8.      Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
·         Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
·         Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
·         Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.
·         Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9.      Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
10.  Pemeriksaan pasca persalinan
·         Pemeriksaan umum        : TD, nadi, keluhan, dll
·         Keadaan umum              : suhu, selera makan, dll
·         Payudara                        : ASI, putting susu
·         Dinding perut    : perineum, kandung kemih, rectum
·         Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
11.  Nasehat untuk ibu post natal
·         Sebaiknya bayi disusui
·         Bawakan bayi untuk imunisasi
·         Lakukanlah KB
·         Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih dan adanya flour albus.
Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklamsia puerpurale.

5.      WOC Nifas.


6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)      Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
b)      Elektrolit sesuai indikasi

C.     ASUHAN KEPERAWATAN
             I.      PENGKAJIAN
1.      Keluhan Utama
·         Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
2.      Riwayat Kehamilan
·         Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
3.      Riwayat Persalinan
·         Tempat persalinan
·         Normal atau terdapat komplikasi
·         Keadaan bayi
·         Keadaan ibu
4.      Riwayat Nifas Yang Lalu
·         Pengeluaran ASI lancar / tidak
·         BB bayi
·         Riwayat ber KB / tidak
5.      Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum pasien
·         Abdomen
·         Saluran cerna
·         Alat kemih
·         Lochea
·         Vagina
·         Perinium + rectum
·         Ekstremitas
·         Kemampuan perawatan diri
6.      Pemeriksaan psikososial
·         Respon + persepsi keluarga
·         Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi


          II.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi efek – efek hormonal
2.      Ketadakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara
3.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
4.      Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih, perubahan – perubahan jumlah / frekuensi berkemih
5.    Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi, peningkatan keluaran urine)
6.     Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang dari biasanya
7.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
8.      Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum

        III.      PERENCANAAN
Dx 1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi efek – efk hormonal.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80 mmhg, RR= 18 – 20 x / menit

Intervensi dan Rasional:
a.    Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b.   Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c.    Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi       nyeri secara bertahap.
d.      Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e.    Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

Dx 2
Ketadakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi dan Rasional:
a.       Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan  intervensi yang tepat.
b.       Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c.       Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

Dx 3.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:
a.      Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.

b.     Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.

c.      Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.

d.      Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.

e.       Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.


Dx 4
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih, perubahan – perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi dan Rasional:
a.     Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.

 b.      Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.

 c.       Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.

d.      Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.


Dx 5
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi, peningkatan keluaran urine)
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi dan Rasional:
a.      Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.

b.      Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.

c.       Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.

d.      Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.



Dx 6
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.

Intervensi dan Rasional:
a.     Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional: membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.

b.      Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional: makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c.       Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional: mengurangi rasa nyeri.

d.      Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional: untuk mencegah mengedan dan stres perineal.


Dx 7
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.


Intervensi dan Rasional:
a.    Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional: membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.


b.  Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional: menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.

c.       Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.

Dx 8
Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri berkurang).
Intervensi dan Rasional:
a.       Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah.

b.      KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas.

c.       Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang


       IV.      PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2001)
Dx 1
Implementasi:
a.  Mengkaji ulang skala nyeri
b.  Menganjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
c.   Memotivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
d.  Memberikan kompres hangat
e.  Mendelegasi pemberian analgetik

Dx 2
Implementasi:
a.  Mengkaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
b.   Mendemonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
c.   Menganjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui

Dx 3.
Implementasi:
a.  Mengkaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
b.  Menyarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
c.  Memantau tanda-tanda vital.
d.  Melakukan rendam bokong.
e.   Menyarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.


Dx 4
Implementasi:
a.   Mengkaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
b.   Menganjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
c.   Memberikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
d.  Mengkolaborasi pemasangan kateter.


Dx 5
Implementasi:
a.    Mengajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
b.    Mempertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
c.    Mengobservasi perubahan suhu, nadi, tensi.
d.   Memeriksa ulang kadar Hb/Ht.


Dx 6
Implementasi:
a.  Menganjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara progresif.
b.  Mempertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
c.  Menganjurkan ibu BAB pada WC duduk.
d.  Mengkolaborasi pemberian laksantia supositoria.


Dx 7
Implementasi:
a.  Memberikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
b.   Memberikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
c.   Menyarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.


Dx 8
Implementasi:
a.     Menganjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
b.     Memberi KIE perawatan luka jahitan periniom.
c.     Mengkolaborasi pemberian analgetik.


          V.      EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a.       Evaluasi formatif  : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b.      Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.


Evaluasi     :
1. Nyeri dapat diatasi
2.      Menyusui efektif
3.      Tidak terjadi infeksi
4.      Eliminasi urine kembali normal
5.      Tidak terjadi kekurangan volumen cairan
6.      Konstipasi dapat teratasi
7.      Pengetahuan pasien tentang perawatan diri dan bayi     meningkat
8.      Gerakan tidak terbatas karena nyeri.



















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Farrer H. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta. EGC
Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.







0 komentar:

Posting Komentar