Askep Gastrointeritis (GEA)
GASTROENTERITIS
A. PENGERTIAN
• Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
• Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa disertai muntah (muntah berak).
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
• Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Cecilya L. Bets, 2002)
B. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi
• Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
• Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
• Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
Disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
Hal ini terjadi karena :
a. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. adanya ketosis kelaparan
c. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
e. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler
3. Hipoglikemia
Adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampai lama.
4. Gangguan gizi
Disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan dalam otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering
A. PENGERTIAN
• Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
• Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan gejala diare atau tanpa disertai muntah (muntah berak).
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
• Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Cecilya L. Bets, 2002)
B. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi
• Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
• Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
• Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
Disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
Hal ini terjadi karena :
a. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. adanya ketosis kelaparan
c. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
e. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler
3. Hipoglikemia
Adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampai lama.
4. Gangguan gizi
Disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan dalam otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Suryadi antara lain yaitu :
a. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar tanpa pemasukan yang adekuat.
b. Hipokalemia
Dikarenakan banyaknya kalium yang terbuang bersama tinja.
c. Hipokalsemia
Dikarenakan banyaknya kalsium yang terbuang bersamanya.
d. Aritmia jantung
Dikarenakan hipokalemia dan hipokalsemia.
e. Hiponatremi
Dikarenakan banyaknya natrium yang terbuang bersama tinja.
f. Syok hipovalemik
Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja tidak dapat diimbangi dengan pemasukan yang sama.
g. Asidosis
Dikarenakan banyaknya elektrolit yang terbuang maka terjadi perfusi jaringan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopikv harus dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.v
Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.v
Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.v
Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.v
Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.v
Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.v
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiology.
F. PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Sering defekasi§
Penurunan berat badan§
Penurunan nafsu makan§
Nyeri keram§
Distensi abdomen§
Muntah§
Demam§
Peka rangsang§
Dehidrasi§
Ketidakseimbangan elektrolit hiperaktif bising usus§
Hiponatremi/hipernatremia§
Hipokalemi/hiperkalemia§
Status nutrisi§
Depresi fontanel anterior§
Mata cekung§
Turgor kulit jelek§
Selaput lendir kering§
Tidak ada air mata saat menangis§
Berat jenis urine tinggi§
Asidosis metabolic§
Pemeriksaan fisik
a. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita penyakit inflamasi atau neoplasma.
b. Penurnan berat badan disertai edem.
c. Inspeksi
• Inspeksi kulit, adanya pucat, ikterik, dan karotenemia
• Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan peristaltic yang tampak pada dinding abdomen
• Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
• Inspeksi tinja : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi
d. Auskultasi
• Bunyi peristaltic normal 5-35 X/menit
− Menghilang : peritonitis
− Keras/sering : diare, gastroenteristik
− Nada tinggi : ileus obstruksi
• Gerakan cairan
Normal terdengar di epigastrium kiri : cairan lambat, normal 5jam setelah makan/minum, penuh.
• Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
e. Perkusi
Normal : timpani.
f. Palpasi
Palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan : mengontrol diare/meningkatkan fungsi usus optimal.
Criteria hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah, dan factor pencetus.
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
b. Intervensi : tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. Intervensi : buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional : menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
d. Intervensi : mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang; namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
e. Intervensi : observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.
Rasional : tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
f. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, missal Loperamid; kodein.
Rasional : diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan : penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat terjadi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat.
Criteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses; perkirakan kehilangan yang tak terlihat, missal, berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Inervensi : kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
Rasional : hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Intervensi : ukur berat badan tiap hari.
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi.
d. Intervensi : pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
e. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, transfusi darah sesuai indicator.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia. Catatan : cairan mengandung natriun dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : masukan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : timbang berat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
b. Intervensi : anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
c. Intervensi : berikan kebersihan oral.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
d. Intervensi : catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
e. Intervensi : dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diet.
Rasional : keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
f. Intervensi : kolaborasi; berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal; fistula.
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol.
Criteria hasil : wajah pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.
b. Intervensi : berikan tindakan nyaman (missal pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.
c. Intervensi : kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Intervensi : bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan perawatan kulit, missal salep A&D, salep Sween, jel karaya, Desitin, jeli minyak.
Rasional : melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
e. Intervensi : lakukan modifikasi diet sesuai resep, missal memberikan cairan dan meningkatkan makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
Criteria hasil :
• pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
• pasien melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
b. Intervensi : kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
c. Intervensi : ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam jangka panjang, missal ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Rasional : steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit; namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi cairan.
d. Intervensi : tekankan pentingnya perawatan kulit, missal teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik.
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah. EGC, Jakarta
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Suryadi antara lain yaitu :
a. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar tanpa pemasukan yang adekuat.
b. Hipokalemia
Dikarenakan banyaknya kalium yang terbuang bersama tinja.
c. Hipokalsemia
Dikarenakan banyaknya kalsium yang terbuang bersamanya.
d. Aritmia jantung
Dikarenakan hipokalemia dan hipokalsemia.
e. Hiponatremi
Dikarenakan banyaknya natrium yang terbuang bersama tinja.
f. Syok hipovalemik
Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja tidak dapat diimbangi dengan pemasukan yang sama.
g. Asidosis
Dikarenakan banyaknya elektrolit yang terbuang maka terjadi perfusi jaringan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopikv harus dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.v
Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.v
Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.v
Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.v
Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.v
Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.v
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiology.
F. PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Sering defekasi§
Penurunan berat badan§
Penurunan nafsu makan§
Nyeri keram§
Distensi abdomen§
Muntah§
Demam§
Peka rangsang§
Dehidrasi§
Ketidakseimbangan elektrolit hiperaktif bising usus§
Hiponatremi/hipernatremia§
Hipokalemi/hiperkalemia§
Status nutrisi§
Depresi fontanel anterior§
Mata cekung§
Turgor kulit jelek§
Selaput lendir kering§
Tidak ada air mata saat menangis§
Berat jenis urine tinggi§
Asidosis metabolic§
Pemeriksaan fisik
a. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita penyakit inflamasi atau neoplasma.
b. Penurnan berat badan disertai edem.
c. Inspeksi
• Inspeksi kulit, adanya pucat, ikterik, dan karotenemia
• Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan peristaltic yang tampak pada dinding abdomen
• Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
• Inspeksi tinja : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi
d. Auskultasi
• Bunyi peristaltic normal 5-35 X/menit
− Menghilang : peritonitis
− Keras/sering : diare, gastroenteristik
− Nada tinggi : ileus obstruksi
• Gerakan cairan
Normal terdengar di epigastrium kiri : cairan lambat, normal 5jam setelah makan/minum, penuh.
• Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
e. Perkusi
Normal : timpani.
f. Palpasi
Palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan : mengontrol diare/meningkatkan fungsi usus optimal.
Criteria hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah, dan factor pencetus.
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
b. Intervensi : tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. Intervensi : buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional : menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
d. Intervensi : mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang; namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
e. Intervensi : observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.
Rasional : tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
f. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, missal Loperamid; kodein.
Rasional : diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan : penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat terjadi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat.
Criteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses; perkirakan kehilangan yang tak terlihat, missal, berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Inervensi : kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
Rasional : hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Intervensi : ukur berat badan tiap hari.
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi.
d. Intervensi : pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
e. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, transfusi darah sesuai indicator.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia. Catatan : cairan mengandung natriun dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : masukan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : timbang berat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
b. Intervensi : anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
c. Intervensi : berikan kebersihan oral.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
d. Intervensi : catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
e. Intervensi : dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diet.
Rasional : keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
f. Intervensi : kolaborasi; berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal; fistula.
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol.
Criteria hasil : wajah pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.
b. Intervensi : berikan tindakan nyaman (missal pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.
c. Intervensi : kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Intervensi : bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan perawatan kulit, missal salep A&D, salep Sween, jel karaya, Desitin, jeli minyak.
Rasional : melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
e. Intervensi : lakukan modifikasi diet sesuai resep, missal memberikan cairan dan meningkatkan makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
Criteria hasil :
• pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
• pasien melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
b. Intervensi : kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
c. Intervensi : ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam jangka panjang, missal ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Rasional : steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit; namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi cairan.
d. Intervensi : tekankan pentingnya perawatan kulit, missal teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik.
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah. EGC, Jakarta
askep GEA
TINJAUAN
TEORITIS
‘GASTROENTERITIS
AKUT (GEA)’
- Defenisi
Gastroenteritis
akut adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare-GEA/peradangan usus (enteritis) adalah gangguan usus yang sering terjadi
tersendiri atau bersamaan dengan gastritis.
- Etiologi
GEA disebabkan
oleh virus makanan yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa usus yang dapat
menimbulkan perut tidak enak dan diare,disebabkan juha oleh bakteri dan
parasit.
- Patofisiologi
Enteritis akut
disebabkan oleh infeksi virus/bakteri secara langsung/oleh efek dari
neurotokrin yang diproduksi oleh bakteri infeksi yang menimbulkan peningkatan
produksi air dan garam kedalam humen virus dan juga peningkatan mortolitas yang
menyebabkan sejumlah besar cairan dan elektrolit yang dapat menimbulkan
dehidrasi dan hipokalamisi.
- Manifestasi klinis
Awasnya suhu
badan meningkat,nafsu makan berkurang kemudian timbul diare,tinja makin
cair,lingkungan mengandung darah atau lender,warna tinjah berubah menjadi
kehijau-hijauan karena terjadi empedu,anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam.Gejalah muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare bila telah
benyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejalah dehidrasi ringan,berat
badan menurut,turgor kulit menurut selaput lender dan bibir kering.
- Pemeriksaan dan pengobatan
- Pemeriksaan tinjah yaitu mikrokopis dan makrokopis
- Pemeriksaan darah yaitu darah lengkap,analisis gas darah dan elektrolit
- Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
- Pengobatan
- Perlu pengganti cairan dan elektrolit yang banyak
- Makanan harus di teruskan bahkan perlu ditingkatkan
- Antasida,Na Karbonat,Al (CH)3,Mg (OH)2,Mg Trisilikat
- Anti kolinergit
- Antagonis reseptor H2 : simitiden,roskatidin,ranitidine dan temotidin.
- Penyimpangan KDM
invasi bakteri dlm
saluran
pencernaan
Neurotransmiter
Proses inflamasi Merangsang sel-sel
mengeluarkan
zat di intestinal monosit,eosinofil,
prostaglandin,histamine
u/mengeluarkan
zat pathogen
&
endogen
|
merangsang
ujung Absorbsi diusus impuls disampaikan
saraf nyeri
tidak adekuat ke hipotalamus
Rangsangan di
bawah Terjadi peningkatan Deman
kesaraf aferen
tekanan osmotic
|
Nyeri
dipersepsikan HIPERTENSI
|
||||
|
|
|||
NYERI
Peristaltik Frek.BAB DIARE
meningkat berlebihan
G3 INTEGRITAS
KULIT
Sari-sari
makanan
& cairan
tidak diabsorbsi
terbuang
bersama feses perubahan status kesehatan
|
|
ATP berkurang
stressor meningkat
|
Kelemahan
mekanisme koping menurun
|
|
||
INTOLERANSI
CEMAS
AKTIVITAS
|
|||
|
|||
NUTRISI KURANG
pasien terjaga
|
|||||
|
|||||
|
|||||
KURANG VOL & CAIRAN G3 ISTIRAHAT TIDUR
ELEKTROLIT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.J.P
DENGAN DIAGNOSA GEA DI RU.IRINA C.1.
RSUP.PROF.Dr.R.D KANDAU MANADO
- Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Tn.J.P
Umur : 37 Thn
Jenis kelamin :
laki-laki
Agama :
Kr.Protestan
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
swasta
Alamat : Tikala
Tgl/jam MRS :
14-maret-2009/15.00 wita
Tgl/jam
pengkajian : 17-maret-2009/08.00 wita
Diagnosa medik
: GEA
B. Genogram
|
|||
|
|
|
|
; Perempuan :
Tinggal serumah
: Laki-laki
: Penderita
C. Riwayat keluhan utama
1. Keluhan utama
BAB Cair
2. Riwayat keluhan utama
BAB cair
dialami klien sejak 3 jam SMRS 1x berisi cairan
dengan volume
±400 cc,klien juga mengalami muntah 1 hari SMRS dengan volume ± 1/4 gelas
aqua,klien juga mengalami panas 3 hari SMRS panas dirasakan hilangb timbul
panas akan turun jika minum obat warung.
3. Riwayat kesehatan sekarang /saat dikaji
Saat dikaji
klien tampak pucat.TTV : S : 36,1ºC,N :80x/menit, klien tampak lemah dengan
disebelah tangan kiri terpasang IVFD RL 20 gtt/menit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak pernah
mengalami sakit ini sebelumnya.Baru sekarang klien menghidap penyakit ini
sampai harus dirawat dirumahsakit.
5. Riwayat psikososial
Klien
mengatakan bahwa klien mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya
serta masyarakat desekitar tempat tinggalnya.
6. Riwayat spiritual
Klien beragama
Kristen,tiap hari minggu klien rajin ke gereja untuk beribadah,klien juga
selalu berdoa untuk kesembuhannya.
D. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Saat dikaji
|
1.selera makan
2.menu makanan
3.frekuensi makan
4.pembatasan pola mkn
5.cara makan
6.ritual saat makan
|
Baik
Nasi,ikan,sayur
3x/hari(dihabiskan)
Tidak ada
Mandiri
Berdoa
|
Tidak baik
Bubur
3x/hari(tdk
dihbskan)
Makanan yg
pedis
Mandiri
Berdoa
|
2. Cairan
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Saat dikaji
|
1.jenis minuman
2.frekuensi minum
3.kebutuhan cairan
4.cara pemenuhan
|
Air putih
7-8 gls(1500-2000cc)
Terpenuhi
Diminum digelas
|
Air putih
7-8gls(1500-2000cc)
Terpenuhi
Diminum digelas
|
3. Eliminasi BAB & BAK
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Saat dikaji
|
1.Tempat pembuangan
2.frekuensi
3.Konsistensi
4.Kesulitan
5.Obat pencahar
|
Wc
BAB:3x/hari
BAK:5-6x/hari
BAB:lembek
BAK:warna kuning
Tidak ada
Tidak ada
|
Wc
BAB:4x/hari
BAK:2-3x/hari
BAB:cair
BAK:warna kuning pekat
BAK sedikit-sedikit
Tidak ada
|
4. Istirahat tidur
Kondisi
|
Sebelum sakit
|
Saat dikaji
|
1.Jam tidur
-siang
-malam
2.pola tidur
3.kebiasaan sebelum tidur
4.kesulitan tidur
|
14.00-16.00/2 jam
22.00-05.00/8 jam
Tidur nyenyak
Tidak ada
Tidak ada
|
13.00-14.00/1 jam
00.00-05.00/5 jam
Sering terjadi
Tidak ada
Sering terbangun
|
5. Personal hygiene
kondisi
|
Sebelu sakit
|
Saat dikaji
|
1.mandi
a.cara
b.frekuensi
c.alat mandi
2.cuci rambut
a.cara
b.frekuensi
3.Gunting kuku
a.cara
b.frekuensi
4.Gosok gigi
a.cara
b.frekuensi
|
Mandi sendiri
3x/hari
Sabun,handuk,sikat & odol
Dicuci pakai shampoo
1x/hari
Pakai gunting kuku
1x/minggu
Tidak ada
Tidak ada
|
Washlap
1x/hari
Handuk & air hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
II. Pemeriksaan
fisik
I.Keadaan umum
-keadaan sakit
: sedang
-TTV :
N : 80x/menit R
: 24x/menit SB : 36,1ºC
-Berat badan
`sebelum sakit
: 60 Kg
`sesudah sakit
: 58 Kg
II. Kepala dan wajah
inspeksi
a. Kepala
-warna rambut : Hitam
-mudah rontok : tidak
-Kesimetrian : ada
-Berketombe : Tidak
-Penyebaran : merata
-Alopesia : tidak
-Bentuk kepala : bulat
-Berbau : tidak
Palpasi
-Nyeri tekan : tidak ada
-Benjolan pada kepala : tidak ada
b. wajah
inspeksi
-Pergerakan wajah : tidak ada
-ekspresi : meringis
-pigmentasi : ada
-Acne : tidak ada
-Tremor : tidak ada
III. Mata
Inspeksi
-kelopak mata :
Tidak oedema
-sklera : ada
-konjungtiva :
anemis
-Pipil : Baik
IV. Hidung dan
sinus
Inspeksi
-Nasal septum :
tegak lurus
-Obstruksi :
tidak ada
-membran mukosa
: kemerahan
Palpasi
-Sinus
frontalis : tidak nyeri
-Sinus
maksilaris : tidak nyeri
V. Telinga
Inspeksi
-Bentuk :
Simetris
-Warna : sawo
matang
-Lesi : tidak
ada
-serumen :
tidak ada
-otore : tidak
ada
-peradangan :
tidak ada
-fungsi
pendengaran : baik
VI. Mulut
Inspeksi
- Bibir
- Bentuk :
Simetris
- Kondisi :
kering
- Warna : merah
muda
- lesi : tidak
ada
-mukosa mulut :
merah muda
b. Gusi
-warna : merah
muda
-Perdarahan :
tidak ada
c. Lidah
- Nyeri tekan :
tidak ada
- pembengkakan
: tidak ada
- Massa : tidak
ada
palpasi
a. pipi
-nyeri tekan :
Tidak ada
-pembengkakan :
tidak ada
b. Palatum
-Pembengkakan :
Tidak ada
c. Lidah
-warna : Beslag
-Tekstur :
halus
-Tremor : tidak
VII. Leher
Inspeksi
a. Warna kulit
: sawo matang
b. pembengkakan
: Tidak
c. Tiroid :
tidak
VIII. Abdomen
Inspeksi
a. Kulit
- Warna : Sawo
matang
- Jaringan :
tidak ada
- Lasi : Tidak
ada
Palpasi
- pergerakan usus : peristaltic meningkat
IX. Ekstremitas
a. ekstremitas atas
Inspeksi
- Simetris :
ada
- oedema :
tidak ada
- lesi : tidak
ada
- tremor :
tidak ada
- keringat :
tidak ada
- kekuatan
setiap sendi : ada
- terpasang
IVFD cairan RL 20 gtt/menit di tangan kanan.
b. Ekstremitas
bawah
Inspeksi
- Simetris :
ada
- oedema :
tidak ada
- lesi : tidak
ada
- tremor :
tidak ada
- keringat :
tidak ada
- kekuatan
setiap sendi : ada
E. Pemeriksaan penunjang
- Hasil pemeriksaan LAB
Tgl.12-maret-2009
HB : 14,8
Leukosit :
12.300
Trombosit :
154.000
GDS : 119
Na. : 131
K : 3,6
Cl :98
Tgl.14-maret-2009
HB : 12,2
Leukosit :
10.000
Trombosit :
120.000
GDS : 160
Na : 130
K : 3,6
Cl : 98
-Therapy
· IVFD RL 30
gtt/menit
· Oralit
· Ciprofloxacin 2x500
gr
· Paracetamol
3x500 gr
· Domperidol
3x100 gr
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.DS : Klien mengtakan BAB cair dengan frek.±4x/hari dengan vol.kira-kira
400 cc
DO :
-BAB cair ±4x/hari
-klien tampak lemah
-pemeriksaan LAB:
HB : 14,8
Leuk.: 12.300
Tromb.: 154.000
GDS : 119
Na : 131
K : 3,6
Cl : 98
2.DS : klien mengatakan tubuhnya lemas dan tidak ada nafsu makan dan mual
DO :
- Klien tampak lemas
- Porsi makan tidak dihabiskan
- BB Turun 2 Kg
`sblm sakit : 60 Kg
`Saat sakit : 58 Kg
3.DS : Klien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak dan sering terbangun
pada malam hari
DO :
-Frek.tidur ±4-5 jm/hr
-tampak lesu
-mata sayup
-respon lambat
4. DS : klien mengatakan khawatir dengan keadaan sakitnya sekarang.
DO :
-klien tampak cemas
-klien bangyak bertanya tentang penyakitnya
5.DS : Klien mengatakan bahwa klien BAB cair sebanyak ±4x/hari
DO :
-Klien tampak lemah
-BAB cair ±4x/hari
-mata cekung
-turgor kulit normal
-peristaltik usus meningkat
|
Invasi
bakteri dalam saluran pencernaan
Proses
inflamasi diintestinal
Absorbsi
diusus halus tidak adekuat
Peningkatan
tekanan osmotic
Frekuensi BAB
berlebihan
Invasi
bakteri kedalam intestinal
Fungsi
intestinal terganggu
Terjadi
peningkatan peristaltic
Absorbsi
menurun
Sari-sari
makanan terbuang melalui feses
Kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi
Proses
inflamasi diintestinal
Absorbsi
diusus halus tidak adekuat
Terjadi
peningkatan tekanan osmotic
Frek.BAB
berlebihan
Pasien
terjaga
Pola
istirahat tidur terganggu
Diare
Frekuensi BAB
berlebihan
Perubahan
status kesehatan
Stressor
meningkat
Mekanisme
koping menurun
Cemas
Bakteri masuk
kedalam intestinal
Peristaltic
usus meningkat
Trancit time
u/absorbsi terganggu
Sari makanan
sulit diserap
Air dan garam
mineral terbawa kedalam usus
Cairan &
elektrolit terbuang melalui feses
|
Diare
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
Gangguan pola
tidur
Cemas
Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
|
0 komentar:
Posting Komentar